Proposal kuantitatif


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggung jawab.
Bahasa Indonesia salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling mengajar dari yang lain, dan dapat meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia disemua jenjang pendidikan bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing murid agar mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Untuk mewujudkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar salah satu strateginya dengan adanya pelajaran bahasa Indonesia di pendidikan formal.
Salah satu pokok bahasan pelajaran bahasa Indonesia itu adalah Kemampuan berbicara. Ada empat aspek pengajaran bahasa Indonesia, yaitu: Kemampuan membaca, kemampuan menulis, kemampuan berbicara, dan kemampuan mendengarkan. Jadi, siswa diberi bekal materi bahasa Indonesia, khususnya dalam pelajaran kemampuan berbicara.
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan berbahasa, berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk diperhatikan, karena dari kenyataan, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibanding dengan cara lain. Mengingat pentingnya keterampilan berbicara, salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik pada jenjang SMP khususnya dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah kompetensi berpidato. Dewasa ini pengajaran keterampilan berbicara disekolah boleh dikatakan belum memuaskan, Tarigan (1988:88) berpendapat bahwa :”keadaan keterampilan berbicara sejalan dengan keadaan pengajaran bahasa Indonesia masih belum memuaskan. Keterampilan berbahsa dalam arti luas, para pengajar belum memadai. Kenyataan dalam diskusi, ceramah atau seminar menunjukan bahwa sebagian besar pesertanya diam,kurang bersuara,kecakapan beradu argumentasi masih jauh dari memadai”. Kondisi seperti ini diperparah lagi dengan kecendrungan penggunaan ceramah dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru masih juga banyak menggunakan strategi ini, sehingga siswa menjadi tidak aktif dalam belajar , kurang terangsang untuk berfikir dan bertindak secara kreatif sehingga materi pembelajaran Bahasa Indonesia kurang dipahami dan proses belajar terasa membosankan. Akibatnya prestasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia belum begitu memuaskan. Hal ini dapat dilihat dlam setiap hasil ujian nasional yang masih saja menunjukan adanya siswa yang tidak lulus pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Di samping itu, strategi pembelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan juga kurang tepat dan tidak memperhatikan kemampuan siswa.
Selain itu sejak di bangku sekolah siswa juga dituntut aktif dalam kegiatan organisasi-organisasi sekolah, misalnya OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), Ekstrakurikuler, dan klub belajar. Dengan aktif dalam kegiatan organisasi siswa tentu harus berbicara dan belajar dengan lingkungannya. Sehingga pembelajaran formal di kelas dan di luar kelas berjalan dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengkaji hubungan antara pengalaman berorganisasi dengan kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP N 11 Kota Bengkulu. Dipilihnya kota tersebut sebagai lokasi penelitian karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang terletak di kota Bengkulu yang masih jarang sekali dijadikan lokasi penelitian. Terutama tentang proses pembelajaran bahasa Indonesia serta belum adanya penelitian mengenai pembelajaran berpidato di sekolah tersebut.
A.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1.    Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan berpidato?
2.    Apakah pengalaman berorganisasi siswa berpengaruh terhadap kemampuan berpidato?

B.  Pembatasan  Masalah
Kompleksitasnya permasalahan dalam hubungan pengalaman berorganisasi dengan kemampuan berpidato siswa dan waktu penelitian yang sangat terbatas menyebabkan semua pertanyaan dalam identifikasi masalah tidak mungkin untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hubungan antara pengalaman berorganisasi dengan  kemampuan berpidato siswa kelas XI SMA Negeri 8 Kota Bengkulu.
C.  Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam proposal penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan anatara pengalaman berorganisasi dengan kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP N 11 Kota Bengkulu ?
D.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran berpidato siswa kelas IX SMP N 11 Kota Bengkulu.

  1.  Manfaaat Penelitian
Dari penelitian ini dapat diambil manfaat sebagai berikut:
1.      Bagi siswa
Bagi siswa penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dengan   mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran berpidato.
2.      Bagi guru
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yaitu pemanfaatan untuk mengetahui permasalahan kegiatan pembelajaran berpidato siswa kelas IX SMP N 11 Kota Bengkulu.

  1. Definisi Istilah
Agar tidak terjadi salah tafsir, penulis menjelaskan beberapa istilah dalam penelitian ini adalah:
1.    Hubungan
Hubungan adalah suatu keadaan adanya keterikatan yang ada apabila suatu unsure dihubungkan dengan unsur  lainnya secara bersama.

2.    Organisasi
Organisasi adalah suatu uni sosial yang dikoordinasikan secara sengaja, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang didirikan untuk jangka waktu yang lama.
3.    Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan dan kecakapan dalam melakukan sesuatu.

4.    Pidato
Pidato adalah berbicara di hadapan massa atau muka umum baik secara langsung maupun tidak langsung dengan berbagai tujuan.
BAB II
KERANGKA TEORI

A.       Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Belajar menurut Bell Gredler (1986:1) proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Hal tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjnag hayat. Menurut Wiliam Janes (1890), belajar sebagai proses psikologis yang disimpulakan dari hasil penelitian tentang bagaimana anak berfikir.
        Dari pengertian belajar yang telah dikemukakan di atas, umumnya memiliki makna yang sama. Bahwa belajar adalah perubahan dalam diri seseorang dalam bertingkah laku setelah melakukan proses belajar. Sehubungan dengan hal itu, tugas guru di akhir pembelajaran tidak hnaya untuk mengetahui hasil belajar yang telah dikuasai siswa, tetapi juga mengetahui timbulnya perubahan yang ada dalam diri siswa sebagai hasil suatu pengalaman belajar.
        Pembelajaran dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Gagne,Briggs, dan Wager ,1992, hal 3). Pengertian di atas juga berlaku dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Menurut Slamet (2007:6) pembelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran bahasa.
        Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adlah keterampilan reseptif (keterampilan mendengar dan membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara). Pengajaran berbahasa diawali dengan keterampian reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut dtingkatkan pada tahap-tahap selanjutnya. Seterusnya, peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa terpadu.
        Pembelajaran Bahasa Indonesia harus dirancang dan dilaksankan secara baik sesuai dengan hakikat pembelajaran itu sendiri. Hal ini perlu dilakukan guru agar siswa benar-benar memperoleh manfaat dari belajar Bahasa Indonesia.

B.     Pengertian keterampilan Berbahasa
Secara bahasa kemampuan sama dengan kesanggupan atau kecakapan. Jadi kemampuan adalah kesanggupan individu untuk melakukan pekerjaan yang dibebankan. Sedangkan menurut Tarigan (1987:22) kemampuan berbahasa adalah kemampuan  individu untuk mendengarkan ujaran yang dismapikan oleh lawan bicara, berbicara dengan lawan bicara, membaca pesan yang disampikan dalam bentuk tulisan, dan mengungkapkan pesan-pesan baik secara lisan maupun tulisaan.

C.        Jenis- jenis keterampilan Berbahasa
1)      Keterampilan menyimak
Menurut Tarigan (1987:50) keterampilan menyimka adalah kemampuan atau keterampilan menangkap diperoleh dengan pendengaran.
2)      Keterampilan Berbicara
Tarigan (1990:15) mengemukakan bahwa berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau penyimak.
3)      Keterampilan Membaca
Membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
4)      Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang  dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau secara tatap muka dengan orang lain.
D.    Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa
Bicara itu seperti main golf, mengendarai mobil, atau mengelola toko, semakin sering Anda melakukannya semakin mahir dan senang Anda melakukannya.

1)      Pengertian berbicara
Menurut Tarigan (1993:15), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menympikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
2)      Tujuan Bebicara
Menurut Sri Utari Subiyakto (1993:172) tujuan utama berbicara adalah untuk menyampaikan pesan kepada orang lain yakni untuk berkomunikasi mengenai sesuatu dengan bahasa. Tujuan kedua adalah menyampaikan pesan kepada orang lain dengan cara yang secara social dapat diterima. Sedangkan menurut Semi (1990:99) tujuan utama keterampilan berbicara adalah :
a.       Siswa mampi menggunakan alat berbicara dengan tepat dan sempurna
b.      Siswa terlatih menggunakan Bahasa Indonesia secara aktif sehingga mampu berkomunikasi dengan baik dalam kegiatan formal.
c.       Siswa mampu berbicara dengan mudh,lancer dan fasih.
d.      Siswa dapat berbahasa menurut sopan santun ynag berlaku
e.       Siswa dapat melafalkan kata dan mengucapkan kalimat dengan motivasi yang benar.
f.       Siswa terbiasa berani mengeluarkan pendapat secar lisan dalam berbagai situasi.
g.      Membnatu pembentukan pendengaran kritis.
3)      Jenis Berbicara
Tarigan (1993:22) menyatakan bahwa secara garis besar berbicara dapat di bagi atas :
a.       Berbicara dimuka umum pada masyarakat, yang mencakup berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan,berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk,mengajak,mendesak,meyakinkan dan berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati.
b.      Berbicara pada konferensi yang meliputi diskusi baik secara formal maupun non formal.

E.  Berpidato Sebagai Kompetensi Berbicara
1.      Pengertian Pidato
Menurut Arsjad dan U.S. Mukti (1993:53) berpidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, informasi atau gagasan dari pembicara kepada khalayk ramai. Seseorang yang berpidato dengan baik akan mampu meyakinkan pendengarnya untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi, gagasan, atau pesan yang disampaikanya.
2.      Pidato adalah menyampaikan sesuatu secara lisan kepada kelompok audiens. (Bahrul, 2009: 8)
3.      Pidato adalah berbicara di hadapan massa atau muka umum baik secara langsung maupun tidak langsung dengan berbagai tujuan. (Itsna, 2011: 25)
4.      Sistematika Berpidato
Secara garis besar sistematika berpidato adalah sebagai berikut :
a.       Mengucapkan salam pembuka dan manyapa hadirin
b.      Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dilahirkan dalam bentuk ucapan terimaksih, atau ungkapan kegembiraan rasa
c.       Menyampaikan isi pidato yang diucapkan dengan jelas, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan juga bahasa yang menarik
d.      Menyampaikan kesimpulan isi pidato, supaya mudah diingat oleh pendengar
e.       Menyampaikan pesan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk melaksanakan isi pidato.
5.      Metode pidato:
1.                       Ekstemporan
2.                       Impromtu
3.                       Manuskrip
4.                       Hafalan

F.      Pada umumnya manusia akan mengikuti atau masuk sebagai anggota organisasi tertentu, seperti organisasi bisnis, organisasi nirlaba, organisasi politik, organisasi pekerja, organisasi keagamaan, dan lain sebagainya.
Organisasi adalah suatu uni sosial yang dikoordinasikan secara sengaja, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang didirikan untuk jangka waktu yang lama. (Haryani. 2001: 36)
Ciri-ciri organisasi:
1.                       Pembagian tugas dan tanggung jawab
2.                       Adanya pusat kekuasaan
3.                       Adanya substitusi
4.                       Adanya ketergantungan antar anggota
5.                       Adanya koordinasi antar komponen
6.                       Adanya interaksi yang berulang-ulang

B.  Kerangka Berpikir
Setelah menelaah beberapa teori, konsep, pendapat, dan hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dijelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian ke dalam kerangka berfikir sebagai berikut:
Diduga terdapat hubungan antara kemampuan berpidato dengan pengalaman berorganisasi. Secara konseptual kemampuan berpidato berkaitan dengan pengalaman berorganisasi. Pembelajar yang aktif berorganisasi, pada umumnya memiliki kemampuan berpidato lebih baik. Sebaliknya pembelajar yang tidask pernah berorganisasi, maka rendah pula kemampuan berpidatonya.

C.  Pengajuan Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho: Terdapat  hubungan yang signifikan antara pengalaman berorganisasi dengan kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP N 11 Kota Bengkulu.
H1: Tidak terdapat hubungan antara pengalaman berorganisasi dengan kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP N 11 Kota Bengkulu.
BAB III
METODE  PENELITIAN

A.  Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional. Metode ini merupakan pedoman penelitian sebagai langkah kerja bagaimana penelitian ini dilaksanakan. Menurut Sudjana, (1989:195), metode kuantitatif adalah metode yang menggunakan ukuran frekuensi symbol, atribut atau menggunakan bilangan (numerik) agar mengandung makna yang lebih tepat. Selanjutnya Sudjana memaparkan bahwa penelitian kuantitatif diolah dan dianalisis melalui statistika, kemudian  hipotesis diuji untuk menarik kesimpulan penelitiannya.
Metode korelasional adalah metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dalam penelitian (Alimudin, 1993:87). Metode ini digunakan untuk mengorelasikan hubungan antara pengalama berorganisasi dengan kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP N 11 Kota Bengkulu.
B.  Tempat & Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SM Negeri 11 Kota Bengkulu pada bulan Februari sampai dengan Juni 2012.
C.  Variabel Penelitian
1.        Variabel bebas
Variabel bebas adalah masukan yang mempunyai pengaruh terhadap hasil dalam penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengalaman berorganisasi siswa kelas IX SMP N 11 Kota Bengkulu yang dinotasikan dengan variabel X.
2.        Variabel terikat
Variabel  terikat adalah keluasan atau hasil yang terjadi karena pengaruh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP N 11 Kota Bengkulu yang dinotasikan dengan variabel Y.
D.  Populasi dan Sampel Penelitian
1.        Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 11 Kota Bengkulu sebanyak 2 kelas dengan jumlah seluruh siswa 80 orang. Jumlah siswa pada setiap kelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1 Populasi Siswa Kelas IX SMA Negeri 11 Kota Bengkulu

No
Kelas
Jumlah
1
IX. 1
40
2
IX. 2
40

Jumlah
80 siswa

2.        Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi penyelidikan yang unsur-unsurnya mewakili populasi secara representative (Nawawi 1977:18). Sampel dalam penelitian ini menggunkan sampel acak sederhana. Sampel acak sederhana ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel dimana setiap individu yang termasuk dalam populasi memilki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Dengan demikian dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik sampel random sampling yang dilakukan pada setiap kelas IX. Caranya dengan mengundi setiap nomor induk siswa setiap kelas, kemudian setiap sampel yang didapatkan diberi no urut.

E.   Teknik Pengumpulan Data
Ada dua jenis data dijaring dalam penelitian, yaitu data pengalamAn berorganisasi dan data kemampuan berpidato. Kedua data dijaring dengan teknik tes. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pengalaman berorganisasi siswa kelas IX SMP Negeri 11 Kota Bengkulu. Tes yang diberikan berupa latihan berpidato dengan pembahasan sesuai dengan bidang yang siswa ikuti di organisasinya dengan memperhatikan pengalaman berorganisasinya.

F.   Instrumen Penelitian
  Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengambil data pengalaman berorganisasi melalui tes tertulis dan pengumpulan SK (Surat Kerja) dan sertfikat dari organisasinya.
Instrumen yang digunakan untuk mengambil data kemampuan berpidato peneliti melakukan studi dokumentasi, observasi dan hasil berpidato siswa.

G.    Teknik Analisis Data
           Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Data hasil penelitian akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Mentabulasi data penelitian
2.      Melakukan pengelompokan data penelitian
3.      Menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda.
4.      Melakukan uji homogenitas
5.      Melakukan uji linieritas
6.      Menghitung koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Koefisien korelasi merupakan ukuran statistik yang menunjukkan arah dan besarnya hubungan antar dua variabel. Koefisien korelasi antara dua variabel dinyatakan dalam sebuah indeks yang berentangan antara -1,00 sampai dengan +1,00 (Subino, 1982:65). Dalam penelitian ini untuk menghitung koefisien korelasi digunakan korelasi product moment dari person:
 

      Rxy = 


Makna koefisien korelasi adalah:
Kurang dari   0,20 = hubungan dianggap tidak ada
Antara 0,20 - 0,40 = hubungan ada tapi rendah
Antara 0,41 - 0,70 = hubungan cukup
Antara 0,71 - 0,90 = hubungan tinggi
Antara 0,91 - 1,00 = hubungan snagat tinggi

Jika r atau ro ≥ rt maka maka tolak Ho yang berarti ada hubungan. Tetapi jika r atau ro ≤ rt maka terima Ho yang berarti tidak ada hubungan. Selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus uji signifikansi korelasi yaitu:
 




Jika t > t tabel; Hipotesis alternatif diterima, jika t < t tabel; hipotesis alternatif ditolak.



Daftar Pustaka
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Dwi, Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
Gusti, I Ngurah Oka. 1976. Retorik Sebuah Tinjauan Pengantar. Bandung: Tarate.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah
King, Larry. 2007. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, Dimana Saja. Jakarta: P.T. Gramedia.
Moharuddin, Itsna. 2011. Seni Berpidato Dalam Bahasa Inggris. Yogyakarta: Immortal Publisher. 
Novia, Astri. 2011. Pidato dan MC Untuk Pemula. Yogyakarta: Buku Pintar.
Ulum, Bahrul. 2009. Pedoman Praktis Berpidato. Surabaya: Indah Surabaya.

Komentar

Postingan Populer