Cerpen_Benarkah Ini Kenyataan


Cerpen
Benarkah Ini Kenyataan
(Oleh: Rian Surya Putra)
Duduk-duduk di masjid sekolah sambil menunggu waktu sholat dzuhur menjadi kebiasaan yang tak terlupakan selama duduk di bangku sekolah SMA dahulu. Tepatnya satu setengah tahunn yang lalu.
Cerita singlat obrolan itu telah menjadikan sebuah mimpi yang tak terbayang akan kebenarannya. Namun kini kurasakan benar adanya.
***
Nasri kini bersiap menuju bandara, dengan satu buah koper pinjaman orangtuanya dengan tetangga samping rumah. Tentu saja bukan koper yang terlalu baik, jika dilihat pegangan koper itu tak tinggal menunggu waktu selalu lepas dari pegangannya. Ini juga merupakan hal yang baru, karena ini kali pertama Nasri akan berpergian dengan menaiki pesawat.
Kemana tujuannya?
Bali. Ya… Bali kawan. Tempat pariwisata bertaraf internasional yang sangat termasyur di negeri pertiwi ini.
***
“Apo rasonyo, duduk-duduk cak iko Cuma beduo. Lemak tiduk daripada ngota dak jelas” ujar Agung sambil tidur-tiduran di atas sajadah masjid, sambil memakan roti yang baru saja dibelinya tadi di kantin sekolah, ketika lari dari kelas sebab tak ingin melihat guru matematika yang juga wakil kemahasiswaan.
“ assalamuaalaikum”
“waalaikumsalam” jawab Agung sambil tetap mengunyah makanan yang masih ada di dalam mulutnya.
“ tumben cepat nian kau keluar kelas Nas, la keluar bapak tu?”
“baru jo keluar” ujar Nasri.
“ngapoi jo tadi, napa idak di kelas?”
“malas… pusing palak belajar matematika “
“idak belajar tadi tu, Cuma arahan untuk persiapan acara perpisahan” jawab Nasri.
“dak lemak nian Nas, biaso duduk rame-rame kini Cuma beduo yang lain la pegi galo. Anton, Budi, Samir ke UGM persiapan tes. Sulis, Bunga, Nurul ke UI Jakarta. Kau ndak kemano jugo Nas?”
“belum tahu Gung. Kemarin dapat panggilan dari Unand. Tapi orang tua kurang setuju. Katonyo biarlah kuliah di Bengkulu bae.”
“mantap tu Nas, nap idak kau jelasin kek orang tuo kau tu elok-elok. Rugilah dak di ambik”.
“udah Gung, tapi ortu tetap melarang.ya…mungkin dengan di Bengkulu juga lebih baik, orang tua pasti menyaraankan yang terbaik. Apalagi secara ekonomi. Orang tua belum sanggup Gung. Kalau Aku keluar.”
“hahaha…emang takdir kau nian tu Nas Cuma bisa jalan sekitar sinilah. Dak jauh dari Bengkulu. Luas Indonesia ni dak Cuma di Bengkulu. Kapan lagi bisa nyeberang  pulau? Hahaha…”
“suatu saat jika Allah berkenan. Mungkin bukan saat ini. Tapi lain waktu dan kesempatan”
***
Selepas perpisahan semua berpisah. Berlayar dan terbang melanjutkan mimpi-mimpinya ke peguruan tinggi idaman mereka. Namun Nari dan Agung tetap di Bengkulu.
Nasri melanjutkan kuliah memilih jurusan pendidikan Bahasa Indonesia. Seperti masa-masa sekolah dulu, Nasri tetap aktif di organisasi tempatnya kuliah. Karena berorganisasi merupakan salah satu  hobbynya.
Walaupun tidak bersama-sama lagi dengan teman-temannya dahulu. Nasri dengan tetap teguh pendiriannya patuh dengan orang tua dan kemauannya. Untuk kuliah di Bengkulu. Mendapatkan kawan-kawan baru dan pengalaman organisasi baru itulah istimewanya.
Walaupun terasa asing dengan kawan-kawan baru lambat laun, karena aktif di organisasi dan kegiatan lainnya. Nasri banyak mendapatkan kawan-kawan yang baik lagi perhatian.
Sampai tiba waktu itu, ada surat yang turun di prodi undangan dari salah satu Universitas di Bali, yang bermsksud meminta mengirimkan dua orang utusannya dari  perguruan tinggi Nasri untuk mengikuti acara tersebut.
Keesokan harinya lewat sebuah sms dan teleponketua organisasi, Nasri di ajak ketua untuk sama-sama berdua mewakili organisasi berangkat ke Bali dengan persetujuan pengurus prodi dan kawan-kawan di anggota organisasi. Subhanallah… benarkah ini kenyataan? Nasri seakan sedang bermimpi.

Komentar

Postingan Populer