Cerpen_Sesal Kemudian


CERPEN

SESAL KEMUDIAN

“Mengapa tidak ada penyesalan di awal? Kalau sudah begini apa yang harus aku banggakan. Preman kampus yang hebat? karena sudah berani untuk dikeroyok mahasiswa, hampir satu kampus. Apa ini yang harus Ku banggakan. Bagaimana jika orangtua tahu? Susah-susah orangtua banting tulang untuk menguliahkanku, pergi pagi dari jam enam pulang sore hinga waktu maghrib tiba. Hanya untuk mencari ceceran rupiah yang nantinya kugunakan untuk hura-hura.  Alangkah buruknya tingkah laku Ku. Uang kas teman-teman kelas di kampus telah sering bahkan tak terhitung lagi yang kugunakan untuk membeli baju-baju bagus guna ku pamerkan di depan teman-teman. Bahkan proposal-proposal lain yang ku potong beberapa rupiah. Ah…!!! Tak pantas lagi aku menampakkan muka hina ini di depan manusia yang ada di dunia.”
Dalam penyesalan yang sangat menghujam jiwanya. Henry tak memiliki teman-teman untuk menegarkan jiwanya yang telah rapuh bahkan tak berbentuk lagi. Teman-teman hanya ada di saat suka dan menjauh di saat duka. Kini tak ada tempat untuk berpegang dari badai masalah yang menimpa Henry. Malu sangaat dirasa oleh mahasiswa yang tak lama lagi akan wisuda ini dari salah satu universitas negeri ternama di derahnya.
Di depannya kini hanya ditemani rokok yang tersisa setengah batang dan korek api yang bertebaran dimana-mana. Juga minuman haram yang sudah tinggal seteguk lagi, serta pisau dapur yang telah berlumuran darah.
Disaat akal tak jadi motor penggerak, setan dengan mudah merayu manusia.
“gunakan saja pisau itu, iris sedikit nadi di tanganmu, masalah akan cepat selesai”
Begitulah suara-suara bujukan yang bisa didengar Henry yang sedang sendiri duduk dalam kozt yang hanya berukuran 3 X 4 meter ini.
Keesokan harinya warga kozt disekitar sana mulai ribut memanggil-manggil warga lain.
“DITEMUKAN MAYAT PEMUDA YANG DIDUGA BUNUH DIRI DI DALAM KOZT KEDIAMANNYA”
Begitulah salah satu judul dalam koran harian terbitan kota tersebut.
***

Komentar

Postingan Populer